TEKNOLOGI INFORMASI, INOVASI BAGI DUNIA PENDIDIKAN

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Di zaman globalisasi ini, “information is prestigious knowledge”.

Kebutuhan manusia akan Informasi didasari oleh insting mereka untuk

memenuhi 15 human desires and value 2. Hasrat yang dimiliki oleh manusia

tersebut mengangkat informasi menjadi sesuatu yang memiliki nilai komoditas

tinggi – seperti contoh : seorang pialang anda mengetahui besok nilai tukar

rupiah akan jatuh dengan drastis, maka ia akan bergegas ke bank untuk

menukarkan rupiah anda dengan dollar. Bayangkan apa yang akan terjadi

dengan uang anda apabila ia tidak mendapatkan informasi tersebut. Demikian

pula jika anda mengetahui bahwa ada berita tentang terungkapnya skandal

pejabat negara, atau berita mengenai pemadaman lampu yang akan terjadi di

daerah kita, maka kita akan segera mencari tahu tentang berita tersebut –

entah akan berguna bagi kita untuk melakukan persiapan positif, atau

sekedar pemuasan konatif saja. Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa

informasi telah menjadi komoditas yang berharga - kebutuhan manusia untuk

“berkuasa” atas informasi telah menjadi krusial.

IT atau Information Technology memberikan kontribusi yang luar

biasa dalam hal penyebaran materi Informasi ke seluruh belahan dunia. IT

merupakan suatu alat Globalisator yang luar biasa – salah satu instrumen

vital untuk memicu time-space compression 4, karena kontaknya yang tidak

bersifat fisik dan individual, maka ia bersifat massal dan melibatkan ribuan

orang5. Bayangkan hanya dengan berada di depan komputer yang terhubung

dengan internet, anda terhubung ke dunia virtual global untuk ‘bermain’

informasi dengan ribuan komputer penyedia informasi yang anda butuhkan,

yang juga terhubung ke internet pada saat itu. Dimanakah arti ruang dan

waktu lagi saat itu? Perpustakaan fisik yang menjadi simbol nafas kehidupan

akademik tampak telah kehilangan artinya.

Melihat signifikansinya dalam berbagai aspek kehidupan, penulis

sebagai seorang akademisi Universitas Indonesia tertarik untuk menilik dan

mengkaji pengaruh Teknologi Informasi terhadap dunia akademik. Oleh

karena itulah penulis mengambil judul “Teknologi Informasi, Inovasi Bagi

Dunia Pendidikan“ untuk karya tulisnya.

B. Pembatasan Masalah

Pembahasan masalah terfokus pada Teknologi Informasi via Internet,

dunia pendidikan di Indonesia, serta sinergi diantara keduanya yakni implikasi

komunikasi untuk mengejalakan kondisi-kondisi serupa di masa globalisasi ini.

Internet di dunia pendidikan pada umumnya, dan dunia pendidikan Indonesia

pada khususnya.

C. Metode Penulisan

Penulis memperoleh data melalui studi kepustakaan, majalah dan

menggali informasi melalui internet, sekaligus berbagai sumber lainnya -

beberapa diantaranya berasal dari pengalaman empirik, dan yang lainnya dari

obrolan-obrolan ilmiah seputar IT.

Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I : Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Pembatasan Masalah

C. Metode Penulisan

Bab I: Pengertian teknologi informasi

Bab II : Pengertian Pembelajaran

Bab IV : Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam pembelajaran

A. Manfaat Teknologi Informasi dalam Pendidikan

B.Teknologi Informasi Sebagai Media Pembelajaran Multimedia

C. Kendala-Kendala Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam pembelajaran

Bab V : Kesimpulan

Daftar Pustaka

Bab II

Sekilas Perkembangan Internet

di Indonesia

A. Implikasi Perkembangan IT dan Internet di Indonesia

Pada abad ke 21, komputer menjadi suatu media yang sangat

konvensional di dunia, terlebih dengan teknologi lain yang telah ditanamkan di

dalamnya yaitu jaringan Internet. Jaringan Internet adalah jaringan komputer

yang mampu menghubungkan komputer di seluruh dunia sehingga informasi,

berbagai jenis dan dalam berbagai bentuk dapat dikomunikasikan antar

belahan dunia secara instan dan global6. Teknologi informasi telah membuka

mata dunia akan sebuah dunia baru, interaksi baru, market place baru, dan

sebuah jaringan bisnis dunia yang tanpa batas. Disadari betul bahwa

perkembangan teknologi yang disebut internet, telah mengubah pola interaksi

masyarakat, yaitu; interaksi bisnis, ekonomi, sosial, dan budaya. Internet telah

memberikan kontribusi yang demikian besar bagi masyarakat, perusahaan /

industri maupun pemerintah. Hadirnya Internet telah menunjang efektifitas

dan efisiensi operasional perusahaan, terutama peranannya sebagai sarana

komunikasi, publikasi, serta sarana untuk mendapatkan berbagai informasi

yang dibutuhkan oleh sebuah badan usaha dan bentuk badan usaha atau

lembaga lainya.

Lalu bagaimana dengan bumi Nusantara alias Indonesia kita ini?

Bahkan krisis ekonomi ini tidak dapat menghalangi pengaruh dari Globalisasi

teknologi dunia ini. Sebab dengan penerapan IT maka semakin besar

peluang masyarakat untuk mengakses komputer dan jaringan Internet

beserta kandungan informasi yang ada di dalamnya. Walaupun belum

mampu melayani seluruh rakyat Indonesia, tetapi prosentasi masyarakat yang

akan terlayani akan jauh lebih besar dari keadaan sekarang ini sebab di

prediksikan oleh para ahli bahwa IT akan memiliki potensi yang besar di

Indonesia.

B. Data-Data Mengenai Perkembangan IT dan Internet di Indonesia

Menurut data IDC (Internet Indo Data Centra Indonesia), ada sekitar

196 juta pengguna Internet di seluruh dunia sampai akhir tahun 1999, dan

menjadi 502 juta pengguna pada tahun 2003. Kemudian kegiatan berinternet

akan bertambah dua kali lipat setiap 100 hari, dan diperkirakan pada tahun

2005 sebanyak 1 milliar penduduk dunia akan tergabung dan terhubung satu

sama lian melalui jaringan Internet7.

Tabel Peningkatan Jumlah Pelanggan dan

Pengguna Internet di Indonesia 8

TAHUN PELANGGAN PENGGUNA

1996 31000 110000

1997 75000 384000

1998 134000 512000

1999 256000 1000000

2000 760000 1900000

2001 1680000 4200000

2002 667.002 4.500.000

2003 865.706 8.080.534

2004 1.087.428 11.226.143

2005 1.500.000 16.000.000

Perkembangan penggunaan Internet di Indonesia tidak pula kalah

mengesankannya dengan ramalan IDC tersebut. Angka statistik yang

disajikan diatas cukup mengejutkan mengingat secara keseluruhan internet

relatif baru dikenal oleh masyarakat Indonesia, bahkan pada tahun 1996

7 Perkiraan ini telah disajikan dengan matang oleh Drs. Hardjito. M.Si, di situs :

dimana masyarakat Indonesia umumnya baru saja mengenal internet, kurang

dari sepersepuluh jumlah pengguna massa sekarang, dan frekuensi

pemakaiannya pun cenderung rendah. Namun internet sebagai suatu

‘variabel’ di Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan.

Kronologis tahun-tahun perkembangannya adalah sebagai berikut :

Pada tahun 1995, Pusat 'Industri dan Perdagangan Lembaga Pengembangan

Kewirausahaan Bina Mitra Sejahtera mendata bahwa ada sekitar 10.000

pengguna yang tersambung ke Internet, dan pada tahun 1997 angka itu

menjadi 100.000. Kemudian menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia pada akhir tahun 2001

mencapai 2,4 juta orang. Meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan

dengan angka pada akhir tahun 200 sebesar 1,9 juta orang. Pengguna

sebanyak 2,4 juta orang tersebut terdiri dari 550 ribu pengguna perumahan,

26 ribu pengguna perusahaan, 2000 sekolah dengan rata-rata 500

pengguna/siswa persekolah, 500 perguruan tinggi dengan rata-rata 1000

mahasiswa per kampus dan 2500 warnet dengan rata-rata 100 orang

pelanggan perwarnet9.

9 Disadur dari tulisan Drs. Hardjito. M.Si, INTERNET untuk PEMBELAJARAN (2002).

Sumber : http://www.pustekkom.go.id/teknodik/t10/10-3.htm

Bab III

Teknologi Informasi dan

Pendidikan di Indonesia

A. Dunia Pendidikan Konvensional Indonesia

Bangsa Indonesia - Sepanjang perjalanannya selalu diwarnai oleh

upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan oleh pihak pemerintah yang silih

berganti. Namun pengalaman empiris bangsa kita telah membuktikan -

ketidakjelasan arah kebijakan pendidikan Pendidikan di Indonesia membawa

kepada terjadinya involusi pendidikan10. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah

kerapkali bersifat “Jalan pintas”, semisalkan yang masih “hangat” adalah

penetapan angka batas minimal kelulusan UN dengan nilai sebesar 4,25.

Kebijakan yang tidak bijak ini adalah refleksi sikap pragmatis pemerintah yang

tidak mau direpotkan oleh faktor-faktor non-struktural dan menganakemaskan

hasil daripada proses. Apa yang akan terjadi melalui kebijakan output sentris

ini? Para siswa justru akan mencari rumus-rumus “jalan pintas” untuk

menjawab dengan soal dengan paradigma “yang penting benar”, bukannya

menjawab soal dengan uraian yang sistematik dan rasional. Hakikat filosofis

pendidikan sebagai “pencerah” yang telah terlupakan menjadi semakin

terkubur.

Apabila kita amati dengan seksama, apa sebenarnya yang menjadi inti

permasalahan pada dunia pendidikan, mungkin jauh lebih sulit dari

menggantang asap. Berbagai hal dapat saja dipersalahkan sebagai pokok

masalah yang menghambat kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. Namun

demikian, yang jelas-jelas dapat kita temukan sebagai suatu kecacatan ialah

proses “belajar-mengajar konvensional” yang mengandalkan tatap muka

antara guru dan murid, dosen dengan mahasiswa, pelatih dengan peserta

latihan, bagaimanapun merupakan sasaran empuk yang paling mudah

10 Penggunaan kata Involusi dalam wacana pendidikan sebelumnya dipakai oleh Dr. Francis Wahono

dalam artikelnya, ”Pendidikan Indonesia Alami Proses Involusi” di Harian Kompas 4 September 2004,

pada kolom opini..

menjadi sasaran bagi suara-suara kritis yang menghendaki peningkatan

kualitas pada dunia pendidikan.

Inefektifitas adalah kata yang cocok untuk menggambarkan pola

sistem pendidikan kita sekarang, sebab seiring dengan perkembangan

zaman, pertukaran informasi menjadi semakin cepat dan instan, namun

institut yang masih menggunakan sistem tradisional ini mengajar (di jenjang

sekolah tinggi kita anggap memberikan informasi) dengan sangat lambat dan

tidak seiring dengan perkembangan IT dan mobilitas Informasi itu sendiri.

Sistem konvensional ini seharusnya sudah ditinggalkan sejak ditemukannya

media komunikasi multimedia. Karena sifat Internet yang dapat dihubungi

setiap saat, artinya siswa dapat memanfaatkan program-program pendidikan

yang disediakan di jaringan Internet kapan saja sesuai dengan waktu luang

mereka sehingga kendala ruang dan waktu yang mereka hadapi untuk

mencari Informasi sebagai sumber belajar dapat teratasi. Dengan

perkembangan pesat di bidang teknologi telekomunikasi, multimedia, dan

informasi; mendengarkan ceramah, mencatat di atas kertas sudah tentu

ketinggalan jaman.

B. Penggunaan IT Dalam Dunia Pendidikan

Arti IT bagi dunia pendidikan seharusnya berarti tersedianya saluran

atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program pendidikan.

Namun mengenai pemanfaatan IT di Indonesia baru memasuki tahap

pembelajaran. berbagai kemungkinan pengembangan dan penerapan IT

untuk pendidikan memasuki milenium ketiga ini.

Padahal penggunaan IT ini telah bukanlah suatu wacana yang asing di

negeri Paman Sam. Pemanfaatan IT dalam bidang pendidikan sudah

merupakan kelaziman di Amerika Serikat pada dasawarsa yang telah lalu. Ini

merupakan salah satu bukti utama ketertinggalan bangsa Indonesia dengan

bangsa-bangsa maju di dunia.

Berikut ini ialah sampel-sampel dari luar negeri hasil revolusi dari

sistem pendidikan yang berhasil memanfaatkan Teknologi Informasi untuk

menunjang proses pembelajaran mereka11 :

1. SD River Oaks di Oaksville, Ontario, Kanada, merupakan contoh

tentang apa yang bakal terjadi di sekolah. SD ini dibangun dengan

visi khusus: sekolah harus bisa membuat murid memasuki era

informasi instan dengan penuh keyakinan. Setiap murid di setiap

kelas berkesempatan untuk berhubungan dengan seluruh jaringan

komputer sekolah. CD-ROM adalah fakta tentang kehidupan.

Sekolah ini bahkan tidak memiiki ensiklopedia dalam bentuk cetakan.

Di seluruh perpustakaan, referensinya disimpan di dalam disket video

interaktif dan CD-ROM-bisa langsung diakses oleh siapa saja, dan

dalam berbagai bentuk: sehingga gambar dan fakta bisa

dikombinasikan sebelum dicetak;foto bisa digabungkan dengan

informasi.

2. SMU Lester B. Pearson di Kanada merupakan model lain dari era

komputer ini. Sekolah ini memiliki 300 komputer untuk 1200 murid.

Dan sekolah ini memiliki angka putus sekolah yang terendah di

Kanada: 4% dibandingkan rata-rata nasional sebesar 30%

3. Prestasi lebih spektakuler ditunjukkan oleh SMP Christopher

Columbus di Union City, New Jersey. Di akhir 1980-an, nilai ujian

sekolah ini begitu rendah, dan jumlah murid absen dan putus sekolah

begitu tinggi hingga negara bagian memutuskan untuk mengambil

alih. Lebih dari 99% murid berasal dari keluarga yang menggunakan

bahasa Inggris sebagai bahasa kedua.

Bell Atlantic- Sebuah perusahaan telepon di daerah itu membantu

menyediakan komputer dan jaringan yang menghubungkan rumah

murid dengan ruang kelas, guru, dan administrator sekolah.

Semuanya dihubungkan ke Internet, dan para guru dilatih

11 Dikutip dari salah satu artikel dalam buku Gordon Dryden & Dr. Jeannette Vos. “Revolusi Cara

menggunakan komputer pribadi. Sebagai gantinya, para guru

mengadakan kursus pelatihan akhir minggu bagi orangtua.

Dalam tempo dua tahun, baik angka putus sekolah maupun murid

absen menurun ke titik nol. Nilai ujian-standar murid meningkat

hampir 3 kali lebih tinggi dari rata-rata sekolah seantero New Jersey.

Informasi yang diwakilkan oleh komputer yang terhubung dengan

internet telah mampu memberikan kontribusi yang besar bagi berlangsungnya

proses pendidikan. Teknologi interaktif ini memberikan katalis bagi terjadinya

perubahan medasar terhadap peran guru: dari informasi ke transformasi.

Selain itu guru tidak lagi menjadi sumber informasi, dengan adanya IT, guru

menjadi pemicu atau moderator bagi murid untuk mengembangkan

kreatifitasnya dan mencari pengetahuan yang seluas-luasnya dengan adanya

IT. Setiap sistem sekolah harus bersifat moderat terhadap teknologi yang

memampukan mereka untuk belajar dengan lebih cepat, lebih baik, dan lebih

cerdas. Dan Teknologi Informasi yang menjadi kunci untuk menuju model

sekolah masa depan yang lebih baik.

Namun usaha-usaha dari anak-anak bangsa juga terus dilakukan

untuk mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia dalam hal penyampaian

proses pendidikan dengan penggunaan IT. Semisalnya, baru-baru ini Telkom,

Indosat, dan Institut Teknologi Bandung (ITB) menyatakan kesiapannya untuk

mengembangkan IT untuk pendidikan di Indonesia, dimulai dengan proyekproyek

percontohan. Telkom menyatakan akan terus memperbaiki dan

meningkatkan kualitas infrastruktur jaringan telekomunikasi yang diharapkan

dapat menjadi tulang punggung (backbone) bagi pengembangan dan

penerapan IT untuk pendidikan serta implementasi-implementasi lainnya di

Indonesia. Bahkan, saat ini Telkom mulai mengembangkan teknologi yang

memanfaatkan ISDN (Integrated Sevices Digital Network) untuk memfasilitasi

penyelenggaraan konferensi jarak jauh (teleconference) sebagai salah satu

aplikasi pembelajaran jarak jauh.

Banyak aspek dapat diajukan untuk dijadikan sebagai alasan-alasan

untuk mendukung pengembangan dan penerapan IT untuk pendidikan dalam

kaitannya dengan peningkatan kualitas pendidikan nasional Indonesia. Salah

satu aspeknya ialah kondisi geografis Indonesia dengan sekian banyaknya

pulau yang terpencar-pencar dan kontur permukaan buminya yang seringkali

tidak bersahabat, biasanya diajukan untuk menjagokan pengembangan dan

penerapan IT untuk pendidikan. IT sangat mampu dan dijagokan agar

menjadi fasilitator utama untuk meratakan pendidikan di bumi Nusantara,

sebab IT yang mengandalkan kemampuan pembelajaran jarak jauhnya tidak

terpisah oleh ruang, jarak dan waktu. Demi penggapaian daerah-daerah yang

sulit tentunya diharapkan penerapan ini agar dilakukan sesegera mungkin di

Indonesia.

Bab IV

Implikasi IT di Dunia Pendidikan

Indonesia

e-Education, istilah ini mungkin masih asing bagi bangsa Indonesia. eeducation

(Electronic Education) ialah istilah penggunaan IT di bidang

Pendidikan. Internet membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses.

Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi masalah lagi. Perpustakaan

merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya. (Berapa

banyak perpustakaan di Indonesia, dan bagaimana kualitasnya?) Adanya

Internet memungkinkan seseorang di Indonesia untuk mengakses

perpustakaan di Amerika Serikat berupa Digital Library. Sudah banyak cerita

tentang pertolongan Internet dalam penelitian, tugas akhir. Tukar menukar

informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan melalui Internet.

Tanpa adanya Internet banyak tugas akhir dan tesis yang mungkin

membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan, terlebih lagi bagi

para pelaku copy-paste dari internet.

A. Pemanfaatan IT Bagi Institut Pendidikan

Pesatnya perkembangan IT, khususnya internet, memungkinkan

pengembangan layanan informasi yang lebih baik dalam suatu institusi

pendidikan. Dilingkungan perguruan tinggi, pemanfaatan IT lainnya yaitu

diwujudkan dalam suatu sistem yang disebut electronic university (e-

University). Pengembangan e-University bertujuan untuk mendukung

penyelenggaraan pendidikan, sehingga perguruan tinggi dapat menyediakan

layanan informasi yang lebih baik kepada komunitasnya, baik didalam

maupun diluar perguruan tinggi tersebut melalui internet. Layanan pendidikan

lain yang bisa dilaksanakan melalui sarana internet yaitu dengan

menyediakan materi kuliah secara online dan materi kuliah tersebut dapat

diakses oleh siapa saja yang membutuhkan.

Lingkungan Akademis Pendidikan Indonesia yang mengenal alias

sudah akrab dengan Implikasi IT di bidang Pendidikan adalah UI dan ITB.

Semisalnya UI; Hampir setiap Fakultas yang terdapat di UI memiliki jaringan

makara.cso yang dapat di akses oleh masyarakat, memberikan informasi

bahkan bagi yang sulit mendapatkannya karena problema ruang dan waktu.

Hal ini juga tentunya sangat membantu bagi calon mahasiswa maupun

mahasiswa atau bahkan alumni yang membutuhkan informasi tentang biaya

kuliah, kurikulum, dosen pembimbing, atau banyak yang lainnya. Contoh lain

adalah Universitas Swasta Bina Nusantara yang juga memiliki jaringan

Internet yang memadai - melayakkan mereka mendapatkan penghargaan

akademi pendidikan Indonesia dengan situs terbaik. Layanan yang

disediakan pada situs mereka dapat dibandingkan dengan layanan yang

disediakan oleh situs-situs pendidikan luar negeri seperti Institut Pendidikan

California atau Institut Pendidikan Virginia, dan sebagainya.

Pada tingkat pendidikan SMU implikasi IT juga sudah mulai dilakukan

walau belum mampu menjajal dengan implikasi-implikasinya pada tingkatan

pendidikan lanjutan. Di SMU ini rata-rata penggunaan internet hanyalah

sebagai fasilitas tambahan dan lagi IT belum menjadi kurikulum utama yang

diajarkan untuk siswa. IT belum menjadi media database utama bagi nilainilai,

kurikulum, siswa, guru atau yang lainnya. Namun prospek untuk masa

depan, penggunaan IT di SMU cukup cerah.

Selain untuk melayani Institut pendidikan secara khusus, adapula yang

untuk dunia pendidikan secara umum di indonesia. Ada juga layanan situs

internet yang menyajikan kegiatan sistem pendidikan di indonesia. situs ini

dimaksudkan untuk merangkum informasi yang berhubungan dengan

perkembangan pendidikan yang terjadi dan untuk menyajikan sumber umum

serta jaringan komunikasi (forum) bagi administrator sekolah, para pendidik

dan para peminat lainnya. Tujuan utama dari situs ini adalah sebagai wadah

untuk saling berhubungan yang dapat menampung semua sektor utama

pendidikan. Contoh dari situs ini adalah www.pendidikan.net

Disamping lingkungan pendidikan, misalnya pada kegiatan penelitian

kita dapat memanfaatkan internet guna mencari bahan atau pun data yang

dibutuhkan untuk kegiatan tersebut melalui mesin pencari pada internet. Situs

tersebut sangat berguna pada saat kita membutuhkan artikel, jurnal ataupun

referensi yang dibutuhkan.

Inisiatif-inisiatif penggunaan IT dan Internet di luar institusi pendidikan

formal tetapi masih berkaitan dengan lingkungan pendidikan di Indonesia

sudah mulai bermunculan. Salah satu inisiatif yang sekarang sudah ada

adalah situs penyelenggara “Komunitas Sekolah Indonesia”. Situs yang

menyelenggarakan kegiatan tersebut contohnya plasa.com. dan smu-net.com

B. IT Sebagai Media Pembelajaran Multimedia

Kerjasama antar pakar dan juga dengan mahasiswa yang letaknya

berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu,

seseorang harus berkelana atau berjalan jauh menempuh ruang dan waktu

untuk menemui seorang pakar untuk mendiskusikan sebuah masalah. Saat

ini hal ini dapat dilakukan dari rumah dengan mengirimkan email. Makalah

dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui

Internet, via email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharing

dan mailing list. Bayangkan apabila seorang mahasiswa di Sulawesi dapat

berdiskusi masalah teknologi komputer dengan seorang pakar di universitas

terkemuka di pulau Jawa. Mahasiswa dimanapun di Indonesia dapat

mengakses pakar atau dosen yang terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia.

Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi.

Sharing information juga sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian

agar penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil-hasil penelitian di

perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan bersama-sama

sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi.

Virtual university merupakan sebuah aplikasi baru bagi Internet. Virtual

university memiliki karakteristik yang scalable, yaitu dapat menyediakan

pendidikan yang diakses oleh orang banyak. Jika pendidikan hanya dilakukan

dalam kelas biasa, berapa jumlah orang yang dapat ikut serta dalam satu

kelas? Jumlah peserta mungkin hanya dapat diisi 40 - 50 orang. Virtual

university dapat diakses oleh siapa saja, darimana saja. Penyedia layanan

Virtual University ini adalah www.ibuteledukasi.com. Mungkin sekarang ini

Virtual University layanannya belum efektif karena teknologi yang masih

minim. Namun diharapkan di masa depan Virtual University ini dapat

menggunakan teknologi yang lebih handal semisal Video Streaming yang

dimasa mendatang akan dihadirkan oleh ISP lokal, sehingga tercipta suatu

sistem belajar mengajar yang efektif yang diimpi-impikan oleh setiap ahli IT di

dunia Pendidikan. Virtual School juga diharapkan untuk hadir pada jangka

waktu satu dasawarsa ke depan.

Dibalik semua pemaparan diatas, Idealnya, suatu pendidikan jarak

jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsur-unsur sebagai berikut12 :

(1) Pusat kegiatan siswa; sebagai suatu community web based distance

learning harus mampu menjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan

mahasiswa, dimana mahasiswa dapat menambah kemampuan,

membaca materi kuliah, mencari informasi dan sebagainya.

(2) Interaksi dalam grup; Para mahasiswa dapat berinteraksi satu sama

lain untuk mendiskusikan materi-materi yang diberikan dosen. Dosen

dapat hadir dalam group ini untuk memberikan sedikit ulasan tentang

materi yang diberikannya.

(3) Sistem administrasi mahasiswa; dimana para mahasiswa dapat

melihat informasi mengenai status mahasiswa, prestasi mahasiswa

dan sebagainya.

(4) Pendalaman materi dan ujian; Biasanya dosen sering mengadakan

quis singkat dan tugas yang bertujuan untuk pendalaman dari apa

yang telah diajarkan serta melakukan test pada akhir masa belajar. Hal

ini juga harus dapat diantisipasi oleh web based distance learning.

(5) Perpustakaan digital; Pada bagian ini, terdapat berbagai informasi

kepustakaan, tidak terbatas pada buku tapi juga pada kepustakaan

digital seperti suara, gambar dan sebagainya. Bagian ini bersifat

sebagai penunjang dan berbentuk database.

(6) Materi online diluar materi kuliah; Untuk menunjang perkuliahan,

diperlukan juga bahan bacaan dari web lainnya. Karenanya pada

bagian ini, dosen dan siswa dapat langsung terlibat untuk memberikan

bahan lainnya untuk di publikasikan kepada mahasiswa lainnya melalui

web.

Apabila dirangkumkan, hal-hal yang harus dihadirkan oleh fasilitas

Internet untuk memaksimalkan efektifitas pendidikan di Indonesia adalah

sebagai berikut :

Akses ke perpustakaan;

Akses ke pakar;

Melaksanakan kegiatan kuliah secara online;

Menyediakan layanan informasi akademik suatu institusi pendidikan;

Menyediakan fasilitas mesin pencari data;

Meyediakan fasilitas diskusi;

Menyediakan fasilitas direktori alumni dan sekolah;

Menyediakan fasilitas kerjasama;

Dan lain – lain.

C. Kendala-Kendala Pengimplikasian di Indonesia

Manfaat IT di bidang pendidikan memang menggiurkan bagi kaum

akademisi yang haus akan informasi, juga bagi mereka yang hendak

memobilisasi bangsa Indonesia agar lebih maju lagi dalam bidang ini. Namun

ada beberapa kendala di Indonesia yang menyebabkan IT dan Internet belum

dapat digunakan seoptimal mungkin. Kesiapan pemerintah Indonesia masih

patut dipertanyakan dalam hal ini.

Salah satu kendala utamanya : kurangnya ketersediaan sumber daya

manusia untuk melakukan proses transformasi teknologi, dan menyediakan

infrastruktur telekomunikasi beserta perangkat hukumnya yang mengaturnya.

Dalam hal perangkat hukumnya, yang menjadi pertanyaan dilematis adalah,

“apakah infrastruktur hukum yang melandasi operasional pendidikan di

Indonesia cukup memadai untuk menampung perkembangan baru berupa

penerapan IT untuk pendidikan gaya baru ini?”, Sedangkan Cyberlaw yang

menjadi senjata untuk menjerat pelaku kriminalitas di dunia maya tidak

terdengar “kabarnya”13.

Selain itu masih terdapat kekurangan pada hal pengadaan infrastruktur

teknologi telekomunikasi, multimedia dan informasi yang merupakan

prasyarat terselenggaranya IT untuk pendidikan sementara penetrasi

komputer (PC) di Indonesia masih rendah. Biaya penggunaan jasa

telekomunikasi juga masih mahal bahkan jaringan telepon masih belum

tersedia di berbagai tempat di Indonesia. Untuk itu perlu dipikirkan akses ke

Internet tanpa melalui komputer pribadi di rumah. Sementara itu tempat akses

Internet dapat diperlebar jangkauannya melalui fasilitas di kampus, sekolah,

bahkan melalui warung Internet. Hal ini tentunya diperhadapkan kembali

kepada kesiapan pihak pemerintah maupun pihak swasta; Yang pada

akhirnya pemerintahlah yang memegang kunci keberhasilan penerapannya.

Sebab pemerintah merupakan pihak yang dapat menciptakan iklim kebijakan

dan regulasi yang kondusif bagi investasi swasta di bidang pendidikan.

Namun sementara pemerintah sendiri masih demikian pelit untuk

mengalokasikan dana untuk kebutuhan pendidikan14. Saat ini baru Institutinstitut

pendidikan unggulan yang memiliki fasilitas untuk mengakses jaringan

IT yang memadai. Padahal masih banyak institut-institut pendidikan lainnya

yang belum diperlengkapi dengan fasilitas IT.

Harapan kita bersama hal ini dapat diatasi sejalan dengan

perkembangan telekomunikasi yang semakin canggih dan semakin murah.

dilakukan atas pasal-pasal KUHP dalam kasus cybercrime terkadang kurang tepat untuk diterapkan.

Sumber :

Bab V

Penutup

Sistem pendidikan di Indonesia bagaikan “bangunan antik”, dimana

yang terjadi adalah pemujaan terhadap sistem pendidikannya, seperti yang

kita lihat sekarang, siswa menjadi kaset yang menghafal materi yang

diberikan guru dan menjawab soal ulangan mirip dengan materi yang telah

direkamnya sebelumnya. Hakikat filosofis dari pendidikan yang aktif dan kritis

dikubur oleh pendidikan konsep bank, seperti kata Freire. “Pantha Rhei!”

ketika dunia menuju kemajuan - yang terjadi dengan sang pendidikan Indonesia

malah mundur alias berinvolusi. Quo vadis pendidikan Indonesia?

Mengenalkan IT kepada dunia pendidikan kita dapat menjadi stimulan

untuk memutarbalik proses pemunduran yang terjadi. Seiring dengan

pesatnya perkembangan teknologi, informasi menjadi semakin “berlimpah

ruah” dan urgensi untuk mendapatkannya juga semakin meningkat. Namun

kekayaan informasi yang segudang ini apabila tidak disertai dengan kunci

gudangnya maka percuma saja. Maka diperlukan kunci untuk membuka

gudang informasi ini, yakni IT.

Namun untuk mencegah “kebanjiran” informasi, diperlukan tenaga

edukatif sebagai pengontrol langsung dilingkungan akademik dan orang tua

dilingkungan rumah untuk bersama-sama memberikan penjelasan secara

gamblang / tidak ditutup-tutupi kepada peserta didik. Sehingga dengan

demikian mereka mendapatkan informasi yang tepat dan berguna.

Lalu kemanakah perginya sang guru / dosen ? Mereka ditempatkan

pada posisi yang pernah disiapkan oleh Sokrates, yakni menjadi moderator

yang akan membimbing murid-muridnya untuk mencari pengetahuannya

sendiri melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya; Atau seperti sistem

pendidikan Post Problem Learning, yang langsung memperhadapkan siswa

dengan masalah yang hendak diselesaikan.

Dalam konteks jaman sekarang proses pendidikan filosofis seperti

yang telah disiratkan sebelumnya, akan dipermudah dengan adanya IT

sebagai akses menuju informasi yang membangun pengetahuan.

Namun yang menjadi pertanyaan dilematis adalah, “Siapkah kita untuk

mengimplementasikan IT tersebut?”. Energi dari pemerintahan kita tampak

sudah habis untuk mengurusi yang lainnya, sehingga kendala-kendala

pembiayaan selalu menjadi permasalahan utama pendidikan kita. Diperlukan

pembiayaan yang lebih, yang mungkin bisa didapatkan melalui jalan sebagai

berikut:

1. Meningkatkan pajak barang-barang mewah, dan regulasi-regulasi

lainnya terhadap kalangan ekonomi atas, sehingga APBN meningkat,

lalu dialokasikan ke bidang Pendidikan.

2. Menjalin kerjasama dengan Luar negeri dalam bidang Pendidikan &

Budaya. Seperti yang dilakukan oleh FISIP UI dengan Amerika Serikat,

3. Atau solusi terakhir - adalah dengan swastanisasi pendidikan (disebut

juga Badan Hukum Pendidikan - BHP) sehingga dapat meningkatkan

mutu, namun tetap dikontrol oleh pemerintah agar dapat dinikmati oleh

seluruh strata sosial.

Mohon maaf karena sumirnya ketiga solusi yang penulis sediakan;

pengetahuan penulis tidak memadai untuk memberikan solusi yang kongkrit

bagi pemerintah untuk memecahkan masalah dana ini. Walaupun demikian,

melalui paparan yang telah diberikan kita dapat melihat manfaat IT yang

positif di bidang pendidikan. Mengimplementasikannya secara serius ke dunia

pendidikan di Indonesia adalah suatu kebijakan yang bijak.

Daftar Pustaka

Adin, M., Perkembangan Produk TI Indonesia di Tengah Lesunya Upaya

Pemerintah”, Tabloid Pcplus edisi 83 tahun II juni 2002;

Budiono, Arly.,Globalisasi dan Pengembangan Kesenian Rakyat Suatu

Penghampiran Awal”, Stylesheet: http://www.depdiknas.go.id (2001)

Bungin, Burhan.,Pornomedia, Jakarta : Prenada Media, 2003;

Comer, Douglas. E., Internet, Microsoft Encarta 2004;

Dryden, Gordon & Dr. Vos, Jeannette., Revolusi Cara Belajar Bagian 1”,

Jakarta : Kaifa, 1999;

Dryden, Gordon & Dr. Vos, Jeannette., Revolusi Cara Belajar Bagian 2”,

Jakarta : Kaifa, 1999;

Hardjito.,Internet untuk Pembelajaran” ,

Stylesheet:http://www.pustekkom.go.id/teknodik/t10/10-3.htm (2002);

HW, Syamsul., Kampus Maya Ibuteledukasi”, Tabloid Komputek edisi 272,

Juli 2002;

Irawan, Budhi., Implikasi Perkembangan Teknologi Informasi dan Internet

Terhadap Dunia Pendidikan di Indonesia”, Essai Teknik Informatika Fakultas

Teknik UNIKOM, 2004;

Magfirah, Ester Dwi.,Kriminalitas di Internet”,

Stylesheet:http://www.solusihukum.com/artikel/artikel30.php (2004)

Prayitno., Sekilas Perkembangan IT di Indonesia”, Newsletter Goechi.Com,

2004;

Surjadi, Harry.,Konsep Situs Web? Belajarlah dari Kebutuhan Manusia”,

Stylesheet:http://www.toekangweb.or.id/00-essays-kebutuhan.html (2000);

Wahono, Francis.,Pendidikan Indonesia Alami Proses Involusi”, Kompas 4

September 2004;

_________, “David Harvey : The Condition of Postmodernity”,

Posting Komentar

0 Komentar